Flaming Pointer
Flaming Pointer
Flaming Pointer

Jumat, 27 April 2018

MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI


MAKALAH

Sistem Komunikasi Massa

DisusunGunaMemenuhiTugasMataKuliahPSIKOLOGI KOMUNIKASI
DosenpengampuEko Setiawan, M.Kom.I


OLEH
Kelas : KPI  A
Kelompok 6

NAMA                                    NPM
Ayu Anggraini                       1503060069
Heni Cahyanti Putri               1503060081



                                                           
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TA. 2016 M/1437 H
KATA PENGANTAR


Asalamu ‘alaikumwr.wb

Alhamdulillah Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah kelompok mata kuliah PSIKOLOGI KOMUNIKASI ini.Kami mengucapkan rasa terimakasihkepadabapak Eko setiawan, M.Kom.I selaku dosen pengampu, karena dengan adanya tugas ini mampu menambah ilmu serta wawasan bagi penyusun khususnya, dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalahinimasihjauhdarisempurna, olehkarenaitu, kritikdan saran yang bersifatmembangunsangat kami harapkan demi sempurnanyamakalahini. Semogamakalahinimemberikaninformasidanbermanfaatuntukpengembanganwawasandanpeningkatanilmupengetahuanbagikitasemua.

Wasalamu ‘alaikumwr.wb


               Metro, 30 September 2016
                                                 
                                                                        Penulis





DAFTAR ISI


Halaman Judul .................................................................................................  I
Kata Pengantar ................................................................................................  Ii
Daftar Isi .........................................................................................................  Iii

BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang .........................................................................................  1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.     Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan
A.      Pengertian Komunikasi Massa .................................................................. 3
B.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak Pada Komunikasi
Massa......................................................................................................... 5
a.    Tepri Defleur dan Ball-Rokeach tentang Pertemuan dengan Media.... 6
b.    Pendekatan Motivasionaldan Uses and Gratification.......................... 6
C.       Efek Komunikasi Massa............................................................................ 11
a.    Efek Kehadiran Komunikasi Massa..................................................... 12
b.    Efek Kognetif Komunikasi Massa........................................................ 13
c.    Efek Akfetif Komunikasi Massa.......................................................... 15
d.   Efek Behavioral Komunikasi Massa..................................................... 17

BAB III Penutup
Kesimpulan....................................................................................................... 20
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Komununikasi telah mencapai suatu tingkat dimana orang dapat berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak, sejak tahun 1964 komunikasi masa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis kita akan mampu memperlihatkan satu gambar, memperdengarkan satu suara kepada tiga milyar manusia di seluruh dunia secara simultan. Komunikator hanya tinggal menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel alat penerima. Secara teknis hal ini sudah lama dapat dilakukkan .
Negara-negara maju,efek komunikasi massa telah beralih dari ruang kuliah ke ruang pengadilan, dari polemik ilmiah diantara para proffesor . dinegara berkembang, efek komunikasi telah merebut perhatian berbagai kalangan.
Psikologi telah lama menelah efek komunikasi masa pada perilaku penerima pesannya.sesuai dengan kerangka faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku manusia, dalam bab ini kita akan melihat bagaimana karakteristik individu mempengaruhi penggunaan media, disamping meneliti pengaruh media massa pada sistem koknitif dan sistem afektif kalayaknya.

B.       Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang diatas dapat menentukan rumusan masalahnya, sebagai berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan sistem komunikasi massa ?
2.    Apa faktor-faktor yang mempengaruhi  reaksi khalayak pada komunikasi massa ?
3.    Apa efek-efek dari komunikasi massa ?




C.      Tujuan
1.    Dapat mengetahui sistem komunikasi massa,
2.    Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi  reaksi khalayak pada komunikasi massa,
3.    Dan dapat mengetahui efek dari komunikasi massa.

























BAB II
PEMBAHASAN


A.      PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA
Terdapat beberapa definisi mengenai komunikasi massa yang disampaikan oleh beberapa ahli diantaranya:
Ø Menurut Bittner (1980:10)
“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.”
Ø Menurut Garbner (1967)
“Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paing luas dimiliki orang dalam masyarakat industry.”
Ø Ruben(1992)
“Komunikasi massa adalah proses di mana informasi diciptakan dandisebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh khalayak.”
Dari definisi-definisi diatas dapat diambil suatu rangkuman definisi bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak dan sesaat. Atau dengan kata lain, komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada klayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis.
Sistem komuikasi massa vs sistem komunikasi interpesonal
Secara sederhana komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yakni ,surat kabar, majalah, radio, tv,dll. Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpesonal, secara teknis kita dapat menunjukkan 4 tanda pokok dari komunikasi massa(menurut elizhabeth-noelle neumman, 1973 : 92)

1.      bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis
2.      bersifat satu arah, artinya tidak ada intraksi antara peserta-peserta interaksi(para komunikan)
3.      Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim
4.      Mempunyai publik yang secara geografis terbesar[1]
Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologi yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Hal ini tampak pada :
a.       Pengendalian arus informasi
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima. Pada komunikasi massa, seorang komunikator mengendalikan arus informasi sehingga menunjang persuasi yang efektif. Komunikator sulit untu menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan.
b.      Umpan balik
Umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan pada sumber untuk memberikan reaksi selanjutnya. Dalam komunikasi massa umpan balik (feedback) m
c.       Stimulasi alat indra
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada media massa yang digunakan.
d.      Proporsi unsur isi dengan hubungan
Dalam komunikasi massa lebih menekankan isi pesan dibandingkan dengan hubungan yang terjadi pada saat proses berkomunikasi berlangsung. Dengan kata lain dalam komunikasi massa lebih menekankan apa yang menjadi isi pesan dibandingkan dengan bagaimana penyampaian pesan tersebut berlangsung.

B.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi Massa
Media masa adalah faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku khalayak, sedangkan khalayak itu sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung atau menerima pesan-pesan yang telah diberikan atau disampaikan dari media massa[2]. Dari sini khalayak akan memilih suatu informasi dari lingkungan yang berbeda pula.
Dalam perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Untuk golongan berdasarkan usia, yakni untuk usia anak-anak dalam menyukai tayangan televisi, mereka lebih menyukai tayangan film-film kartun, seperti Naruto, Avatar, Spongbob Squerpain, Doraemon, Sinchan, Popeyed dan film-film kartun yang lainnya. Dan untuk usia seorang ibu-ibu rumah tangga, mereka lebih condong menyukai tayangan tentang acara memasak atau film-film telenovela yang cenderung menceritakan tentang kisah-kisah percintaan dan kisah-kisah perselingkuhan atau sinetron-sinetron dan untuk usia remaja mereka lebih menyukai tentang tayangan seperti infotaimen-infoteimen.
Untuk golongan sosial yang berdasarkan jenis kelamin, yaitu untuk para perempuan mereka lebih menyukai tayangan-tayangan seperti acara gosip dan sinetron-sinetron. Sedangkan untuk para laki-laki mereka lebih menyukai atau memilih tentang tayangan olahraga, seperti tinju dan sepak bola. Untuk golongan sosial berdasarkan tingkat pendapatan, mereka yang pendapatannya lebih dari standar atau tinggi maka tayangan dalam media TV mereka lebih menyukai tentang acara yang menayangkan ada tempat-tempat perbelanjaan. Dari masing-masing sebagian golongan sosial tersebut apabila masing-masing golongan sosial seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan yang lainnya maka apabila mereka cenderung memilih isi komunikasi yang sama maka bila mereka berkomunikasi maka akan memberi respon dengan cara hampir sama juga.  
        
a.    Teori DeFleur dan Ball-Rokeach tentang Pertemuan dengan Media
DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoretis, yaitu perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan perspektif hubungan sosial.
a)    Perspektif Perbedaan Individual
Memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut.
b)   Perspektif Kategori Sosial
Berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama.
c)    Perspektif Hubungan Sosial
Menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam memengaruhi reaksi orang terhadap media massa.
Secara singkat, berbagai faktor akan memengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Faktor-faktor ini meliputi:
a)    Organisasi personal-psikologis individu (potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang pengalaman).
b)   Kelompok-kelompok sosial di mana individu menjadi anggota.
c)    Hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi.

b.    Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification
Uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan akan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Katz, Blumler, Gurevitch, 1974:20).[3]
1)   Asumsi dasar teori uses and gratifications:
a)    Khalayak dianggap aktif.
b)   Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
c)    Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
d)   Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak.
e)    Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

2)   Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.
Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan, menekankan aspek kognitif dari kebutuhan manusia, yang bertitik tolak dari individu sebagai makhluk yang memelihara stabilitas psikologisnya, McGuire menyebut beberapa teori, yaitu:
a)    Teori Konsistensi
Memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan kestabilan psikologis individu. Tetapi, pada saat yang sama karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsistensi.
b)   Teori Atribusi
Memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Komunikasi massa memberikan validasi atau pembenaran pada teori kita dengan penyajian realitas yang disimplifikasikan, dan didasarkan stereotip.
c)    Teori Kategorisasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah dipersiapkannya. Komunikasi massa disusun berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang ada.
d)   Teori Objektifitas
Memandang manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak berpikir, yang selalu mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu. Terpaan isi media dapat memberikan petunjuk kepada individu untuk menafsirkan atau mengidentifikasi kondisi perasaan yang tidak jelas, untuk mengatribusikan perasaan-perasaan negatif pada faktor eksternal, atau memberikan kriteria pembanding yang ekstrem untuk perilakunya yang kurang baik.
Teori kognitif yang melukiskan individu sebagai makhluk yang berusaha mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya.
e)    Teori Otonomi
Melihat manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom. Komunikasi massa sangat sedikit memuaskan kebutuhan humanistik ini.

f)    Teori Stimulasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Komunikasi massa menyajikan hal-hal baru, aneh, spektakuler, yang menjangkau pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari.
g)   Teori Teleologis
Memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dikehendaki. Media massa merupakan sumber pemuasan kebutuhan yang subur.
h)   Teori Utilitarian
Memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau ketrampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup. Komunikasi massa dapat memberikan informasi, pengetahuan dan ketrampilan seperti apa yang dapat diberikan oleh lembaga pendidikan.

3)   Motif Afektif dan Gratifikasi Media
Teori-teori pada motif afektif ditandai oleh kondisi perasaan atau dinamika yang menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu.
a)    Teori Reduksi Tegangan
Memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Komunikasi massa menyalurkan kecenderungan destruktif manusia dengan menyajikan peristiwa atau adegan kekerasan.
b)   Teori Ekspresif
Menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya (menampakkan perasaan dan keyakinannya). Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya.
c)    Teori Ego-Defensif
Beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Dari media massa kita memperoleh informasi untuk membangun konsep diri kita, pandangan dunia kita, dan pandangan kita tentang sifat manusia dan hubungan sosial.
d)   Teori Peneguhan
Memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu. Orang menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan, hubungan dengan orang lain, dan sebagainya.
e)    Teori Penonjolan
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain. Komunikasi massa merupakan institusi pendidikan yang menyediakan informasi dan ketrampilan yang membantu orang untuk menaklukkan dunia.
f)    Teori Afiliasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Komunikasi massa digunakan individu untuk menghubungkan dirinya dengan orang lain. Isi media massa digunakan orang sebagai bahan percakapan dalam membina interaksi sosial.
g)   Teori Identifikasi
Melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep dirinya. Komunikasi massa tidak secara eksplisit dirancang untuk menampilkan tokoh yang memainkan peranan atraktif, media cenderung menggambarkan orang dalam berbagai situasi dramatis yang melibatkan respon menarik dan memperkenalkan khalayak pada berbagai peranan dan gaya hidup, sehingga memberikan bahan alternatif identitas peranan untuk memperkaya konsep diri.
h)   Teori Peniruan
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya.
Kita dapat menyimpulkan bahwa orang menggunakan media massa karena didorong oleh beraneka ragam motif. Pada setiap orang motif yang mendorong konsumsi media itu tidak sama. Menurut aliran uses and gratification, perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Efek media massa juga berlainan pada setiap anggota khalayaknya.[4]

C.      Efek Komunikasi Massa
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi pada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu apa yang kita baca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita.
Di saat kita menjelaskan perkembangan penelitian efek komunikasi massa, kita telah melihat pasang-surut efek media massa pada pandangan peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali. Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena perbedaan mengartikan “efek“. Misal: seseorang yang mengantikan abu merang padi dengan shampoo untuk keramas.
Seperti dinyatakan Donald K. Robert ( Schramm dan Roberts, 1977:359 ), beranggapan bahwa efek hanyalah “ perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan  media massa “. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang di sampaikan media massa.
Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffe ( Dalam Withoit danHarold de bock, 1980:78 ) ada tiga pendekatan.
1)   Dalam melihat efek media massa.
2)   Melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa-penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain perubahan kognitif, efektif, dan behavioral.
3)   Meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.

a.    Efek Kehadiran Komunikasi Massa
Teori McLuhan, disebut teori teori perpanjangan alat indera (sense extension theory), menyatakan bahwa media massa adalah perluasan dari alat indera manusia; telepon adalah perpanjangan dari telinga, dan televisi adalah perpanjangan dari mata.
Menurut Steven H. Chaffe ada lima hal tentang efek:
a)    Efek ekonomis, bahwa kehadiran media massa mengerakkan berbagai usaha. Seperti: produksi, distribusi, dan konsumsi “jasa” media massa.
b)   Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa.
c)    Efek pada penjadwalan kegiatan, penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari.
d)   Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, orang menyalurkan perasaannya dengan mengunakan media massa.
e)    Efek pada perasaan orang terhadap media, bagaimana orang menggunakan media massa untuk memuasakan kebutuhan psikologis.     
      
b.    Efek Kognitif Komunikasi Massa
Dalam kognitif komunikasi massa, kita banyak mengulas tentang citra. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Kita akan menelaah efek kognitif komunikasi pada pembentukan dan perubahan citra.

a)    Pembentukan dan Perubahan Citra
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita dari media massa kita memperoleh alat indera kita. dengan media massa kita memperoleh iformasi tentang benda, orang, atau tempat yang kita alami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki semuanya. Karena itu media massa dapat menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita.
Kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan realitas yang ditampilkan media masa. Misalnya saja, televisi yang sering menampilkan adegan kekerasan menjadikan penonton cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Dalam hal ini jelas citra dunia dan lingkungan sosial dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya di televisi ataupun media massa lain.
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Dari Teori media kita dapat menentukan mana isu yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat disebut agenda setting.

b)   Agenda Setting
Agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, penyunting redaksi atau wartawan mementukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dalam penyajian (ruang suat kabar, waktu pada televisi atau radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar dan frekuensi pemuatan). Bagaimana media massa menyajikan peristiwa, itulah yang disebut sebagai agenda media.
Karena khalayak memperoleh banyak informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat tentang apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (community salience).

c)    Efek Prososial Kognitif
Bila media massa seperti televisi, radio, atau surat kabar menyampaikan informasi atau nilai-nilai yang berguna. Tetapi apakah khalayak memperoleh manfaat? Disini akan dibahas magaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Inilah yang disebut efek prososial. Contohnya, bila televisi menyebabkan kita mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, berarti televisi menimbulkan efek prososial. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati anda terdorong untuk menolong mereka, media massa menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam dan menghimbau anda untuk menyumbang, maka terjadi efek prososial kognitif.


1)   Pembentukan dan perubahan sikap
Menurut Joseph Klepper (1960), berdasarkan penelitian yang komprehensif mengenai media massa, dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap,  pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum :
a)    Pengaruh komunikasi massa, faktor-faktornya :
Ø predisposisi personal
Ø proses selektif
Ø keanggotaan kelompok
b)   Faktor-faktor diatas berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai agent of change.
c)    Komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada konversi (perubahan seluruh sikap).
d)   Komunikasi massa efektif dalam bidang dimana pendapat orang lemah (misalnya pada iklan komersial).
e)    Komunikasi massa afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

2)   Perubahan sikap secara berarti tidak ditemukan oleh peneliti sebab :
a)    alat ukur yang digunakan oleh peneliti gagal mendeteksi perubahan tersebut.
b)   terjadi terpaan selektif yang menyebabkan orang cenderung menerima konsepsi yang sudah ada sebelumnya.
c)    ketika kita mengukur efek media massa, kita mengukur efek yang saling menghapus, artinya orang menerima bukan saja media massa yang mengkampanyekan hal tertentu, tetapi juga menentang hal tersebut.
d)   Media memang tidak menyebabkan orang beralih sikap, tetapi hanya memperkokoh kecenderungan yang sudah ada sehingga setiap pihak, dengan kampanye berusaha menghindari pindah ke pihak lain.
e)    Umumnya kita mengukur efek media massa pada sikap  politik yang didasarkan pada keyakinan yang dipegang teguh, bukan pada sikap yang berlandaskan kegiatan yang dangkal.
f)    Diduga, mereka yang diterpa media massa adalah orang-orang yang lebih terpelajar.
g)   Diduga, media massa tidak berpengaruh langsung pada khalayak, tetapi melewati dulu pemuka-pemuka pendapat.
h)   media massa tidak mengubah pendapat, tetapi memengaruhi penonjolan suatu isu di atas isu yang lain.

3)   Rangsangan Emosional
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan pada media massa :
Ø  Suasana emosional (mood): dalam mempersepsi sesuatu, suasana mental sangat berpengaruh.
Ø  Skema kognitif : naskah pada pikiran kita yang menjelaskan alur peristiwa yang dapat juga terbentuk karena induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka interpretatif.
Ø  Suasana terpaan : kondisi sekitar akan memengaruhi dalam emosi pada saat memberikan respons.
Ø  Predisposisi individual : mengacu pada karakter individu yang khas, semua orang berbeda-beda.
Ø  Tingkat identifikasi khalayak terhadap tokoh dalam media massa : sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan di media massa


4)   Rangsangan Seksual
Merupakan rangsangan yang muncul akibat adegan-adegan erotis di media massa, yang kita kenal dengan pornografi. Beberapa ahli menggunakan istilah SEM (Sexually Explicit Materials) atu erotika. Erotika merangsang gairah seksual, meruntuhkan nilai moral, mendorong orang gila seks, dan merangsang gairah seksual.
Dalam bab ini, dikenal adanya stimuli erotis, yaitu stimuli yang membangkitkan gairah seksual internal dan eksternal. Stimuli internal adalah perangsang yang timbul dari mekanisme dalam tubuh organisme. Sedangkan stimuli eksternal adalah petunjuk-petunjuk (cues) yang bersifat visual (olfactory), sentuhan (tactual), gerakan (kinesthetic) dan intelektual.
Menurut tokoh Baron dan Byrne, erotika telah diungkapkan sejak masa kemanusiaan yang paling dini. Di dunia modern sekarang, erotika menjadi komoditi yang laku. Minat orang pada erotika timbul karena beberapa motif, antara lain rasa ingin tahu dan aphrodisiac.  Seks sendiri dikenal pertama kali dari media erotika.

d.   Efek Behavioral Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima atau efek prososial behavioral (dan pada perilaku agresif). Selanjutnya, akan diulas teori-teori yang menjelaskan efek komunikasi massa pada peristiwa-peristiwa sosial.

1)   Efek Prososial Behavioral
Salah satu perilaku prososiala memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Teori psikologi yang menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar sosial menurut Bandura. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu bila terdapat jalinan positif yang kita amati dan karakteristik kita.



2)   Agresi Sebagai Efek Komunikasi Massa
Agresi sebagai setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain yang menghindari perlakuan seperti itu (Baron dan Byrne, 1979:405). Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk perilakunya. Kita dapat menduga penyajian cerita atau adegan kekerasan dalam media massa akan menyebabkan orang melakukan kekerasan pula, dengan kata lain mendorong orang menjadi agresif.

e.     Teori-teori Efek Sosial Komunikasi Massa
Menurut Innis (1951), media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi sosial. Setiap media memiliki kecenderungan memihak ruang atau waktu communication bias. Bila komunikasi yang dilakukan bias pada ruang artinya, pesan dapat disampaikan ke tempat-tempat yang jauh orang cenderung bergerak ke tempat-tempat yang jauh, sehingga terjadi ekspansi teritorial, mobilisasi penduduk secara horizontal, dan kekaisaran. Sebaliknya, bila komunikasi bias pada waktu, orang tinggal pada ruang yang terbatas, pada kelompok yang terikat erat karena sejarah, tradisi, agama, dan keluarga. Bias waktu membawa ke masa lalu, bias ruang membawa ke masa depan. Dengan demikian, media komunikasi membentuk jenis kebudayaan tertentu. Media lisan mengandung bias waktu, karena sukar didengar dari jarak jauh. Ini melahirkan masyarakat tradisional dan kekuasaan kelompok agama serta orang-orang tua. Media tulisan memiliki bias ruang. Ini melahirkan masyarakat yang menolak tradisi, meninggalkan mitos dan agama, serta berorientasi pada masa depan.





David P. Phillips, teori yang dikemukakan Phillips telah banyak dibicarakan oleh ahli-ahli sosiologi. Namun, yang baru dari Phillips ialah penggunaan kerangka teori imitasi pada efek media massa terhadap anggota-anggota masyarakat. Ia menyebutkan proses imitasi ini sebagai penularan kultural (cultural contagion) yang ia analogikan dengan penularan penyakit (biological contagion). Ia menyebutkan 6 karakteristik penularan kultural.
Ø  Inkubasi
Ø  Imunisasi
Ø  Penularan Khusus atau Umum
Ø  Kerentanan untuk Ditulari
Ø  MediaInfeksi
Ø  Karantina












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. Dalam berkomunikasi kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dari khalayak. Defleur dan Ball Rockeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoretis: perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan sosial.Stimuli erotis, yaitu stimuli yang membangkitkan gairah seksual internal dan eksternal. Stimuli internal adalah perangsang yang timbul dari mekanisme dalam tubuh organisme. Sedangkan stimuli eksternal adalah petunjuk-petunjuk (cues) yang bersifat visual (olfactory), sentuhan (tactual), gerakan (kinesthetic) dan intelektual.
Kognitif komunikasi massa, banyak mengulas tentang citra. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Kita akan menelaah efek kognitif komunikasi pada pembentukan dan perubahan citra.
Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses kelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Dari media massa kita dapat menemukan efek-efek komunikasi massa yaitu, efek kehadiran media massa, efek koqnitif komunikasi massa, efek efektif komunikasi massa, dan efek behavioral komunikasi massa.


                                                    




[1]Noelle-Neumman, E. Return To The Concept Of Power Full Mass Media, Studies Of Boarcasting : An Interraction Annual Of Boarcasting Science. H. Eguchi dan K. Sata, Editor, Tokyo: Nippon Hosho Kyokai. 1973. Hal 92
[2]Devin, b. Mass communication : changing conception of audiens publik communication compaing, r. E. Rice and w. J. Paislaey, editors. Beverly hills : sage publikcation. 1981. Hal 74
[3]Katz. E., J.G. Blumler, Dan M. Gurevitch Utilization Of Mass Communication By Individual, The Uses Of Mass Communication : Correct Perspektif On Grativication Research, J.G Blummer And E. Katz, Editor London-Bevirly Hills : Sage Publiccation. 1974. Hal 20.
[4]Dr. Armawati Arbi, M.Si. “psikologi Komunikasi dan Tabligh”. Jakarta: Amzah. 2012. Hal.226


DAFTAR PUSTAKA

Drs. Jalaluddin Rakhamt, M.Sc. 2009. Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Gerbner, G. 1967. “Mass MediaAnd Humen Communication Theory, Humen Communikation Theory, F.E.X. Dance, editor. New York: Holt, Rinehart, & Winston
Dr. Armawati Arbi, M.Si. 2012 “psikologi Komunikasi dan Tabligh Jakarta: Amzah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar