MAKALAH
Sistem Komunikasi Massa
DisusunGunaMemenuhiTugasMataKuliahPSIKOLOGI KOMUNIKASI
DosenpengampuEko
Setiawan, M.Kom.I
OLEH
Kelas : KPI A
Kelompok 6
NAMA NPM
Ayu
Anggraini 1503060069
Heni
Cahyanti Putri 1503060081
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
JURAI SIWO METRO
KATA PENGANTAR
Asalamu ‘alaikumwr.wb
Alhamdulillah Puji syukur atas kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah kelompok
mata kuliah PSIKOLOGI KOMUNIKASI ini.Kami mengucapkan
rasa terimakasihkepadabapak Eko setiawan, M.Kom.I selaku dosen
pengampu, karena dengan adanya tugas ini mampu menambah ilmu serta wawasan bagi
penyusun khususnya, dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalahinimasihjauhdarisempurna, olehkarenaitu, kritikdan saran yang
bersifatmembangunsangat kami harapkan demi sempurnanyamakalahini.
Semogamakalahinimemberikaninformasidanbermanfaatuntukpengembanganwawasandanpeningkatanilmupengetahuanbagikitasemua.
Wasalamu ‘alaikumwr.wb
Metro, 30 September 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul ................................................................................................. I
Kata
Pengantar ................................................................................................ Ii
Daftar
Isi ......................................................................................................... Iii
BAB I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang ......................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ..................................................................................... 2
C.
Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB
II Pembahasan
A.
Pengertian Komunikasi
Massa .................................................................. 3
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak Pada Komunikasi
Massa......................................................................................................... 5
b.
Pendekatan
Motivasionaldan Uses and Gratification.......................... 6
C.
Efek Komunikasi
Massa............................................................................ 11
a.
Efek Kehadiran Komunikasi Massa..................................................... 12
b.
Efek Kognetif Komunikasi Massa........................................................ 13
c.
Efek Akfetif Komunikasi Massa.......................................................... 15
d.
Efek Behavioral Komunikasi Massa..................................................... 17
BAB III Penutup
Kesimpulan....................................................................................................... 20
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komununikasi telah mencapai suatu
tingkat dimana orang dapat berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan
serempak, sejak tahun 1964 komunikasi masa telah mencapai publik dunia secara
langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis
kita akan mampu memperlihatkan satu gambar, memperdengarkan satu suara kepada
tiga milyar manusia di seluruh dunia secara simultan. Komunikator hanya tinggal
menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel alat penerima.
Secara teknis hal ini sudah lama dapat dilakukkan .
Negara-negara maju,efek komunikasi
massa telah beralih dari ruang kuliah ke ruang pengadilan, dari polemik ilmiah
diantara para proffesor . dinegara berkembang, efek komunikasi telah merebut
perhatian berbagai kalangan.
Psikologi telah lama menelah efek
komunikasi masa pada perilaku penerima pesannya.sesuai dengan kerangka
faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku manusia,
dalam bab ini kita akan melihat bagaimana karakteristik individu mempengaruhi
penggunaan media, disamping meneliti pengaruh media massa pada sistem koknitif
dan sistem afektif kalayaknya.
B.
Rumusan Masalah
Dengan adanya
latar belakang diatas dapat menentukan rumusan masalahnya, sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan sistem komunikasi massa ?
2.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa ?
3.
Apa efek-efek dari komunikasi massa ?
C.
Tujuan
1.
Dapat mengetahui sistem komunikasi massa,
2.
Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa,
3.
Dan dapat mengetahui efek dari komunikasi massa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA
Terdapat
beberapa definisi mengenai komunikasi massa yang disampaikan oleh beberapa ahli
diantaranya:
Ø Menurut Bittner (1980:10)
“Komunikasi
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
orang.”
Ø Menurut Garbner (1967)
“Komunikasi
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang kontinyu serta paing luas dimiliki orang dalam masyarakat
industry.”
Ø Ruben(1992)
“Komunikasi massa adalah proses di
mana informasi diciptakan dandisebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh
khalayak.”
Dari
definisi-definisi diatas dapat diambil suatu rangkuman definisi bahwa
komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
media elektronik sehingga pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak dan
sesaat. Atau dengan kata lain, komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan
yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
klayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis.
Sistem komuikasi massa vs sistem
komunikasi interpesonal
Secara sederhana komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
yakni ,surat kabar, majalah, radio, tv,dll. Bila sistem komunikasi massa
diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpesonal, secara teknis kita dapat
menunjukkan 4 tanda pokok dari komunikasi massa(menurut elizhabeth-noelle
neumman, 1973 : 92)
1.
bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media
teknis
2.
bersifat satu arah, artinya tidak ada intraksi antara
peserta-peserta interaksi(para komunikan)
3.
Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang
tidak terbatas dan anonim
4.
Mempunyai publik yang secara geografis terbesar[1]
Karena
perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik
psikologi yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Hal
ini tampak pada :
a. Pengendalian arus informasi
Mengendalikan
arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang
diterima. Pada komunikasi massa, seorang komunikator mengendalikan arus
informasi sehingga menunjang persuasi yang efektif. Komunikator sulit untu
menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan.
b. Umpan balik
Umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima
ke sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan
pada sumber untuk memberikan reaksi selanjutnya. Dalam komunikasi massa umpan
balik (feedback) m
c. Stimulasi alat indra
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada
media massa yang digunakan.
d. Proporsi unsur isi dengan hubungan
Dalam komunikasi massa lebih
menekankan isi pesan dibandingkan dengan hubungan yang terjadi pada saat proses
berkomunikasi berlangsung. Dengan kata lain dalam komunikasi massa lebih
menekankan apa yang menjadi isi pesan dibandingkan dengan bagaimana penyampaian
pesan tersebut berlangsung.
B.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak pada Komunikasi Massa
Media masa adalah faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku
khalayak, sedangkan khalayak itu sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang
siap untuk menampung atau menerima pesan-pesan yang telah diberikan atau
disampaikan dari media massa[2].
Dari sini khalayak akan memilih suatu informasi dari lingkungan yang berbeda
pula.
Dalam perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat
terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu
cenderung sama. Untuk golongan berdasarkan usia, yakni untuk usia anak-anak
dalam menyukai tayangan televisi, mereka lebih menyukai tayangan film-film
kartun, seperti Naruto, Avatar, Spongbob Squerpain, Doraemon, Sinchan, Popeyed
dan film-film kartun yang lainnya. Dan untuk usia seorang ibu-ibu rumah tangga,
mereka lebih condong menyukai tayangan tentang acara memasak atau film-film
telenovela yang cenderung menceritakan tentang kisah-kisah percintaan dan
kisah-kisah perselingkuhan atau sinetron-sinetron dan untuk usia remaja mereka
lebih menyukai tentang tayangan seperti infotaimen-infoteimen.
Untuk golongan sosial yang berdasarkan jenis kelamin, yaitu untuk
para perempuan mereka lebih menyukai tayangan-tayangan seperti acara gosip dan
sinetron-sinetron. Sedangkan untuk para laki-laki mereka lebih menyukai atau
memilih tentang tayangan olahraga, seperti tinju dan sepak bola. Untuk golongan
sosial berdasarkan tingkat pendapatan, mereka yang pendapatannya lebih dari
standar atau tinggi maka tayangan dalam media TV mereka lebih menyukai tentang
acara yang menayangkan ada tempat-tempat perbelanjaan. Dari masing-masing
sebagian golongan sosial tersebut apabila masing-masing golongan sosial seperti
usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan yang lainnya maka apabila mereka
cenderung memilih isi komunikasi yang sama maka bila mereka berkomunikasi maka
akan memberi respon dengan cara hampir sama juga.
a.
Teori DeFleur dan Ball-Rokeach
tentang Pertemuan dengan Media
DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media
berdasarkan tiga kerangka teoretis, yaitu perspektif perbedaan individual,
perspektif kategori sosial, dan perspektif hubungan sosial.
a)
Perspektif Perbedaan Individual
Memandang
bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan
bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi
makna pada stimuli tersebut.
b)
Perspektif Kategori Sosial
Berasumsi
bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada
stimuli tertentu cenderung sama.
c)
Perspektif Hubungan Sosial
Menekankan
pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam memengaruhi reaksi orang
terhadap media massa.
Secara singkat, berbagai faktor akan memengaruhi reaksi orang
terhadap media massa. Faktor-faktor ini meliputi:
a)
Organisasi personal-psikologis
individu (potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang
pengalaman).
b)
Kelompok-kelompok sosial di
mana individu menjadi anggota.
c)
Hubungan-hubungan interpersonal
pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi.
b.
Pendekatan Motivasional dan
Uses and Gratification
Uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara
psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau
sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau
keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan akan
akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Katz,
Blumler, Gurevitch, 1974:20).[3]
1)
Asumsi dasar teori uses and
gratifications:
a)
Khalayak dianggap aktif.
b)
Dalam proses komunikasi massa
banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media
terletak pada anggota khalayak.
c)
Media massa harus bersaing
dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
d)
Banyak tujuan pemilih media
massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak.
e)
Penilaian tentang arti kultural
dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi
khalayak.
2)
Motif Kognitif dan Gratifikasi
Media
Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan
kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif menekankan
aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.
Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan
keseimbangan, menekankan aspek kognitif dari kebutuhan manusia, yang bertitik
tolak dari individu sebagai makhluk yang memelihara stabilitas psikologisnya,
McGuire menyebut beberapa teori,
yaitu:
a)
Teori Konsistensi
Memandang
manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Komunikasi massa
mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan kestabilan
psikologis individu. Tetapi, pada saat yang sama karena individu mempunyai
kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk
memenuhi kebutuhan akan konsistensi.
b)
Teori Atribusi
Memandang
individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi
pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Komunikasi massa memberikan validasi
atau pembenaran pada teori kita dengan penyajian realitas yang
disimplifikasikan, dan didasarkan stereotip.
c)
Teori Kategorisasi
Memandang
manusia sebagai makhluk yang selalu mengelompokkan pengalamannya dalam
kategorisasi yang sudah dipersiapkannya. Komunikasi massa disusun berdasarkan
alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang
ada.
d)
Teori Objektifitas
Memandang
manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak berpikir, yang selalu
mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep
tertentu. Terpaan isi media dapat memberikan petunjuk kepada individu untuk
menafsirkan atau mengidentifikasi kondisi perasaan yang tidak jelas, untuk
mengatribusikan perasaan-perasaan negatif pada faktor eksternal, atau
memberikan kriteria pembanding yang ekstrem untuk perilakunya yang kurang baik.
Teori
kognitif yang melukiskan individu sebagai makhluk yang berusaha mengembangkan
kondisi kognitif yang dimilikinya.
e)
Teori Otonomi
Melihat
manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga
mencapai identitas kepribadian yang otonom. Komunikasi massa sangat sedikit
memuaskan kebutuhan humanistik ini.
f)
Teori Stimulasi
Memandang
manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang senantiasa mencari
pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang
memperkaya pemikirannya. Komunikasi massa menyajikan hal-hal baru, aneh,
spektakuler, yang menjangkau pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman
individu sehari-hari.
g)
Teori Teleologis
Memandang
manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi
sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dikehendaki. Media
massa merupakan sumber pemuasan kebutuhan yang subur.
h)
Teori Utilitarian
Memandang
individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk
memperoleh informasi yang berguna atau ketrampilan baru yang diperlukan dalam
menghadapi tantangan hidup. Komunikasi massa dapat memberikan informasi,
pengetahuan dan ketrampilan seperti apa yang dapat diberikan oleh lembaga
pendidikan.
3)
Motif Afektif dan Gratifikasi
Media
Teori-teori pada motif afektif ditandai oleh kondisi perasaan atau
dinamika yang menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu.
a)
Teori Reduksi Tegangan
Memandang
manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan
ketegangan. Komunikasi massa menyalurkan kecenderungan destruktif manusia
dengan menyajikan peristiwa atau adegan kekerasan.
b)
Teori Ekspresif
Menyatakan
bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya
(menampakkan perasaan dan keyakinannya). Komunikasi massa mempermudah orang
untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan
sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya.
c)
Teori Ego-Defensif
Beranggapan
bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita
berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan
diri dan dunia kita. Dari media massa kita memperoleh informasi untuk membangun
konsep diri kita, pandangan dunia kita, dan pandangan kita tentang sifat
manusia dan hubungan sosial.
d)
Teori Peneguhan
Memandang
bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang
membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu. Orang
menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan,
hubungan dengan orang lain, dan sebagainya.
e)
Teori Penonjolan
Memandang
manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk
memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain. Komunikasi massa
merupakan institusi pendidikan yang menyediakan informasi dan ketrampilan yang
membantu orang untuk menaklukkan dunia.
f)
Teori Afiliasi
Memandang
manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain.
Komunikasi massa digunakan individu untuk menghubungkan dirinya dengan orang
lain. Isi media massa digunakan orang sebagai bahan percakapan dalam membina
interaksi sosial.
g)
Teori Identifikasi
Melihat
manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan
menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep dirinya. Komunikasi massa tidak
secara eksplisit dirancang untuk menampilkan tokoh yang memainkan peranan
atraktif, media cenderung menggambarkan orang dalam berbagai situasi dramatis
yang melibatkan respon menarik dan memperkenalkan khalayak pada berbagai
peranan dan gaya hidup, sehingga memberikan bahan alternatif identitas peranan
untuk memperkaya konsep diri.
h)
Teori Peniruan
Memandang
manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya.
Komunikasi massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya.
Kita dapat menyimpulkan bahwa orang menggunakan media massa karena
didorong oleh beraneka ragam motif. Pada setiap orang motif yang mendorong konsumsi
media itu tidak sama. Menurut aliran uses and gratification, perbedaan motif
dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara
berbeda pula. Efek media massa juga berlainan pada setiap anggota khalayaknya.[4]
C.
Efek
Komunikasi Massa
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada
media, tetapi pada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu apa yang
kita baca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan
televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita.
Di saat kita menjelaskan perkembangan penelitian efek komunikasi
massa, kita telah melihat pasang-surut efek media massa pada pandangan
peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi
ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada
pengaruhnya sama sekali. Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena
perbedaan latar belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga
karena perbedaan mengartikan “efek“. Misal: seseorang yang mengantikan abu
merang padi dengan shampoo untuk keramas.
Seperti dinyatakan Donald K. Robert ( Schramm dan Roberts, 1977:359
), beranggapan bahwa efek hanyalah “ perubahan perilaku manusia setelah diterpa
pesan media massa “. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan
dengan pesan yang di sampaikan media massa.
Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan
pesan maupun dengan media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffe ( Dalam
Withoit danHarold de bock, 1980:78 ) ada tiga pendekatan.
1)
Dalam melihat efek media massa.
2)
Melihat jenis perubahan yang
terjadi pada diri khalayak komunikasi massa-penerimaan informasi, perubahan
perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain perubahan
kognitif, efektif, dan behavioral.
3)
Meninjau satuan observasi yang
dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau
bangsa.
a.
Efek Kehadiran Komunikasi Massa
Teori McLuhan, disebut teori teori perpanjangan alat indera (sense
extension theory), menyatakan bahwa media massa adalah perluasan dari alat
indera manusia; telepon adalah perpanjangan dari telinga, dan televisi adalah
perpanjangan dari mata.
Menurut Steven H. Chaffe ada lima hal
tentang efek:
a)
Efek ekonomis, bahwa kehadiran
media massa mengerakkan berbagai usaha. Seperti: produksi, distribusi, dan
konsumsi “jasa” media massa.
b)
Efek sosial, berkenaan dengan
perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa.
c)
Efek pada penjadwalan kegiatan,
penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari.
d)
Efek pada
penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, orang menyalurkan perasaannya dengan
mengunakan media massa.
e)
Efek pada perasaan orang
terhadap media, bagaimana orang menggunakan media massa untuk memuasakan
kebutuhan psikologis.
b.
Efek Kognitif Komunikasi Massa
Dalam kognitif komunikasi massa, kita banyak mengulas tentang citra.
Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas.
Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Kita akan menelaah efek kognitif
komunikasi pada pembentukan dan perubahan citra.
a)
Pembentukan dan Perubahan Citra
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa
bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi dapat
membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Menurut McLuhan, media
massa adalah perpanjangan alat indera kita dari media massa kita memperoleh
alat indera kita. dengan media massa kita memperoleh iformasi tentang benda,
orang, atau tempat yang kita alami secara langsung. Dunia ini terlalu luas
untuk kita masuki semuanya. Karena itu media massa dapat menjadi jendela kecil
untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita.
Kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan
realitas yang ditampilkan media masa. Misalnya saja, televisi yang sering
menampilkan adegan kekerasan menjadikan penonton cenderung memandang dunia ini
lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Dalam hal ini jelas citra
dunia dan lingkungan sosial dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya di televisi
ataupun media massa lain.
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi karena pada masyarakat
modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Dari Teori
media kita dapat menentukan mana isu yang penting dan mana yang tidak.
Kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh
masyarakat disebut agenda setting.
b)
Agenda Setting
Agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa
menyaring berita, artikel atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif,
penyunting redaksi atau wartawan mementukan mana yang pantas diberitakan dan
mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu
dalam penyajian (ruang suat kabar, waktu pada televisi atau radio) dan cara
penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar dan frekuensi pemuatan).
Bagaimana media massa menyajikan peristiwa, itulah yang disebut sebagai agenda
media.
Karena khalayak memperoleh banyak informasi melalui media massa,
maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda).
Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat
tentang apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain,
atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian
masyarakat (community salience).
c)
Efek Prososial Kognitif
Bila media massa seperti televisi, radio, atau surat kabar
menyampaikan informasi atau nilai-nilai yang berguna. Tetapi apakah khalayak
memperoleh manfaat? Disini akan dibahas magaimana media massa memberikan
manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Inilah yang disebut efek prososial.
Contohnya, bila televisi menyebabkan kita mengerti tentang bahasa Indonesia
yang baik dan benar, berarti televisi menimbulkan efek prososial. Bila majalah
menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati anda terdorong untuk
menolong mereka, media massa menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat
kabar membuka dompet bencana alam dan menghimbau anda untuk menyumbang, maka
terjadi efek prososial kognitif.
1)
Pembentukan dan perubahan sikap
Menurut Joseph Klepper (1960), berdasarkan penelitian yang
komprehensif mengenai media massa, dalam hubungannya dengan pembentukan dan
perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip
umum :
a)
Pengaruh komunikasi massa,
faktor-faktornya :
Ø
predisposisi personal
Ø
proses selektif
Ø
keanggotaan kelompok
b)
Faktor-faktor diatas berfungsi
memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi
sebagai agent of change.
c)
Komunikasi massa menimbulkan
perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi
daripada konversi (perubahan seluruh sikap).
d)
Komunikasi massa efektif dalam
bidang dimana pendapat orang lemah (misalnya pada iklan komersial).
e)
Komunikasi massa afektif dalam
menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi
yang harus diperteguh.
2)
Perubahan sikap secara berarti
tidak ditemukan oleh peneliti sebab :
a)
alat ukur yang digunakan oleh
peneliti gagal mendeteksi perubahan tersebut.
b)
terjadi terpaan selektif yang
menyebabkan orang cenderung menerima konsepsi yang sudah ada sebelumnya.
c)
ketika kita mengukur efek media
massa, kita mengukur efek yang saling menghapus, artinya orang menerima bukan
saja media massa yang mengkampanyekan hal tertentu, tetapi juga menentang hal
tersebut.
d)
Media memang tidak menyebabkan
orang beralih sikap, tetapi hanya memperkokoh kecenderungan yang sudah ada
sehingga setiap pihak, dengan kampanye berusaha menghindari pindah ke pihak
lain.
e)
Umumnya kita mengukur efek
media massa pada sikap politik yang didasarkan pada keyakinan yang
dipegang teguh, bukan pada sikap yang berlandaskan kegiatan yang dangkal.
f)
Diduga, mereka yang diterpa
media massa adalah orang-orang yang lebih terpelajar.
g)
Diduga, media massa tidak berpengaruh
langsung pada khalayak, tetapi melewati dulu pemuka-pemuka pendapat.
h)
media massa tidak mengubah
pendapat, tetapi memengaruhi penonjolan suatu isu di atas isu yang lain.
3)
Rangsangan Emosional
Faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan pada media massa :
Ø
Suasana emosional (mood): dalam
mempersepsi sesuatu, suasana mental sangat berpengaruh.
Ø
Skema kognitif : naskah pada
pikiran kita yang menjelaskan alur peristiwa yang dapat juga terbentuk karena
induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka
interpretatif.
Ø
Suasana terpaan : kondisi
sekitar akan memengaruhi dalam emosi pada saat memberikan respons.
Ø
Predisposisi individual :
mengacu pada karakter individu yang khas, semua orang berbeda-beda.
Ø
Tingkat identifikasi khalayak
terhadap tokoh dalam media massa : sejauh mana orang merasa terlibat dengan
tokoh yang ditampilkan di media massa
4)
Rangsangan Seksual
Merupakan rangsangan yang muncul akibat adegan-adegan erotis di
media massa, yang kita kenal dengan pornografi. Beberapa ahli menggunakan
istilah SEM (Sexually Explicit Materials) atu erotika. Erotika merangsang
gairah seksual, meruntuhkan nilai moral, mendorong orang gila seks, dan
merangsang gairah seksual.
Dalam bab ini, dikenal adanya stimuli erotis, yaitu stimuli yang
membangkitkan gairah seksual internal dan eksternal. Stimuli internal adalah
perangsang yang timbul dari mekanisme dalam tubuh organisme. Sedangkan stimuli
eksternal adalah petunjuk-petunjuk
(cues) yang bersifat visual (olfactory), sentuhan (tactual), gerakan
(kinesthetic) dan intelektual.
Menurut tokoh Baron dan Byrne, erotika telah diungkapkan sejak masa
kemanusiaan yang paling dini. Di dunia modern sekarang, erotika menjadi
komoditi yang laku. Minat orang pada erotika timbul karena beberapa motif,
antara lain rasa ingin tahu dan aphrodisiac. Seks sendiri dikenal pertama
kali dari media erotika.
d.
Efek Behavioral Komunikasi
Massa
Efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima atau efek
prososial behavioral (dan pada perilaku agresif). Selanjutnya, akan diulas
teori-teori yang menjelaskan efek komunikasi massa pada peristiwa-peristiwa
sosial.
1)
Efek Prososial Behavioral
Salah satu perilaku prososiala memiliki keterampilan yang bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain. Teori psikologi yang menjelaskan efek prososial
media massa adalah teori belajar sosial menurut Bandura. Menurut Bandura, kita
belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau
peneladanan (modeling). Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu bila
terdapat jalinan positif yang kita amati dan karakteristik kita.
2)
Agresi Sebagai Efek Komunikasi
Massa
Agresi sebagai setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak
atau melukai orang lain yang menghindari perlakuan seperti itu (Baron dan
Byrne, 1979:405). Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung
meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk perilakunya.
Kita dapat menduga penyajian cerita atau adegan kekerasan dalam media massa
akan menyebabkan orang melakukan kekerasan pula, dengan kata lain mendorong
orang menjadi agresif.
e.
Teori-teori Efek Sosial Komunikasi Massa
Menurut Innis (1951), media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi
sosial. Setiap media memiliki kecenderungan memihak ruang atau waktu
communication bias. Bila komunikasi yang dilakukan bias pada ruang artinya,
pesan dapat disampaikan ke tempat-tempat yang jauh orang cenderung bergerak ke
tempat-tempat yang jauh, sehingga terjadi ekspansi teritorial, mobilisasi
penduduk secara horizontal, dan kekaisaran. Sebaliknya, bila komunikasi bias
pada waktu, orang tinggal pada ruang yang terbatas, pada kelompok yang terikat
erat karena sejarah, tradisi, agama, dan keluarga. Bias waktu membawa ke masa
lalu, bias ruang membawa ke masa depan. Dengan demikian, media komunikasi
membentuk jenis kebudayaan tertentu. Media lisan mengandung bias waktu, karena
sukar didengar dari jarak jauh. Ini melahirkan masyarakat tradisional dan
kekuasaan kelompok agama serta orang-orang tua. Media tulisan memiliki bias
ruang. Ini melahirkan masyarakat yang menolak tradisi, meninggalkan mitos dan
agama, serta berorientasi pada masa depan.
David P. Phillips, teori yang dikemukakan Phillips telah banyak
dibicarakan oleh ahli-ahli sosiologi. Namun, yang baru dari Phillips ialah
penggunaan kerangka teori imitasi pada efek media massa terhadap
anggota-anggota masyarakat. Ia menyebutkan proses imitasi ini sebagai penularan
kultural (cultural contagion) yang ia analogikan dengan penularan penyakit
(biological contagion). Ia menyebutkan 6 karakteristik penularan kultural.
Ø Inkubasi
Ø Imunisasi
Ø Penularan Khusus atau Umum
Ø Kerentanan untuk Ditulari
Ø MediaInfeksi
Ø Karantina
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi massa adalah pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. Dalam
berkomunikasi kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
dari khalayak. Defleur dan Ball Rockeach melihat pertemuan khalayak dengan
media berdasarkan tiga kerangka teoretis: perspektif perbedaan individual,
perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan sosial.Stimuli
erotis, yaitu stimuli yang membangkitkan gairah seksual internal dan eksternal.
Stimuli internal adalah perangsang yang timbul dari mekanisme dalam tubuh
organisme. Sedangkan stimuli eksternal adalah petunjuk-petunjuk (cues) yang bersifat visual (olfactory), sentuhan
(tactual), gerakan (kinesthetic) dan intelektual.
Kognitif komunikasi massa, banyak
mengulas tentang citra. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus
sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Kita akan
menelaah efek kognitif komunikasi pada pembentukan dan perubahan citra.
Media massa adalah faktor
lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses kelaziman klasik,
pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Dari media massa kita
dapat menemukan efek-efek komunikasi massa yaitu, efek kehadiran media massa,
efek koqnitif komunikasi massa, efek efektif komunikasi massa, dan efek
behavioral komunikasi massa.
[1]Noelle-Neumman, E. Return To The Concept Of Power
Full Mass Media, Studies Of Boarcasting : An Interraction Annual Of Boarcasting
Science. H. Eguchi dan K. Sata, Editor, Tokyo: Nippon Hosho Kyokai. 1973. Hal
92
[2]Devin, b. Mass communication : changing conception
of audiens publik communication compaing, r. E. Rice and w. J. Paislaey,
editors. Beverly hills : sage publikcation. 1981. Hal 74
[3]Katz. E., J.G. Blumler, Dan M. Gurevitch
Utilization Of Mass Communication By Individual, The Uses Of Mass Communication
: Correct Perspektif On Grativication Research, J.G Blummer And E. Katz, Editor
London-Bevirly Hills : Sage Publiccation. 1974. Hal 20.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.
Jalaluddin Rakhamt, M.Sc. 2009. Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung
Gerbner,
G. 1967. “Mass MediaAnd Humen Communication Theory, Humen Communikation Theory,
F.E.X. Dance, editor. New York: Holt, Rinehart, & Winston
Tidak ada komentar:
Posting Komentar