Rabu, 25 Oktober 2017

Cerpenku

Dia bagian kecil dari sebuah kota yang terkenal di daerahnya, tidak hanya terkenal dengan tempat wisata, dan tempat yang pas untuk berbelanja namun juga terkenal karena keakraban dan juga tempat pendidikan terlengkap yang menjadi favorit masyarakat. Bermacam-macam tempat pendidikan yang dapat dipilih sesuai keinginan, semua tempat pendidikan memiliki mutu dan kwalitas yang mereka tonjolkan masing-masing. Sungguh tidak mudah untuk dilupakan begitu saja tempat yang menjadi destinasi tujuan dari warga lokal ini. Dulu aku sangat ingin pergi ketempat ini bersekolah, bermain, membaca dan  menghabiskan waktu ku untuk tempat ini. Dialah yang disebut kebanyakan orang sebagai kota Metro. Meski ini aku sudah bermukim ditempat ini rasa bosan tak pula pernah tumbuh dalam hatiku, justru rasa penasaran ingin tahu lebih lagi mengenai tempat ini. Serasa ingin aku habiskan waktu ku hanya ditempat ini, banyak cerita dan memori yang terekam dalam benakku selama hidup disini termasuk saat aku bertemu dengan dia. Dia orang yang aku cari , dia pemilik tulang rusukku, dia yang menemani aku selama 5 tahun ini. Menjalani hidup bersama dengan keluarga kecil kami. Setia , penuh kasih sayang, pengertian, selalu mengingatkan, membimbing, menafkahi aku itulah yang selalu dia lakukan dengan seluruh kemampuannya membagi dirinya untuk selalu berperan di semua kegiatan bersama keluarga kami.
Awal jumpa kami sungguh mengesankan, ketidaksengajaan membuat kami saling mengenal satu dan yang lain hingga akhirnya kami memutuskan untuk hidup bersama. Saat itu aku mahasiswi baru diperguruan tinggi favorit dikota ini, dia pun mahasiswa baru, namun kami berbeda dalam hal jurusan. Kami bertemu untuk pertama kali di sebuah kelas , dimana kami adalah mahasiswa  dan mahasiswi baru yang harus mengikuti kuliah semester pendek. Disemester ini pesertanya diambil dari berbagai jurusan dan diwajibkan untuk hadir setiap akhir pekan.
"Hai, selamat pagi," sapa dia
"Hai juga, pagi" jawabku
"Aku Rudi dari jurusan tarbiyah,"lanjutnya,
"Aku Cahya dari jurusan dakwah,"tegasku,
(Kami pun bertukar nomor hp)
Setelah itu kami bertemu kedua kalinya dan menjadi teman baik. Di sela-sela kesibukan kami dia selalu perhatian dan memberi kabar, dia selalu mengingatkan apabila ada tugas tambahan atau hafalan untuk pertemuan di setiap akhir pekan. Hal yang selalu masih aku ingat dia selalu berkata" jaga diri, hati-hati, jangan lupa sholat, dan makan tepat waktu". Aku pernah bertanya" kenapa kakak selalu berkata seperti itu?"
"entah sampai kapan? Aku tidak tahu kapan dan dimana kita akan berpisah tapi aku ingin setiap aku menelpon atau bertemu selalu berpesan itu padamu, agar aku tak pernah menyesal ketika kita berpisah karena pesanku, keinginanku sudah aku katakan kepadamu, aku akan lebih tenang dalam kepergian ku itu,"ujarnya.
( Aku eneteskan air mata)" aku bukan orang yang bisa mengungkapkan perasaan ku dengan baik, aku tak hltahu harus berkata apa, hanya terima kasih,"jawabku terbata-bata.
Dia pun menjawab "tidak ada kata yang ingin aku dengar selain itu, aku senang kamu selalu mendengarkan perkataan ku, itu cukup membuat aku bahagia dan nyaman bersama selama ini".(sambil tersenyum)
Aku tak bisa menahan air mataku dan menangis. "Apa ini balasan untuk orang yang sedang mengungkapkan perasaannya (sambil menghapus air mataku), apa aku harus mengatakannya lagi padahal sedari tadi aku menahan karena malu saat aku mengungkapkannya padamu," kata dia.
Aku hanya menjawab "maaf", (kami pun tertawa)
Kami selalu bersama saat kuliah semester pendek, namun tidak ada ikatan yang pasti, ketika masa kuliah semester pendek kami habis, kami kurang menjalin komunikasi lagi karena hp yang aku miliki rusak dan tak pernah bertemu kembali ketika dikampus. Namun jika hariku selalu memikirkannya, entah bagaimana dengan dirinya.
Suatu ketika kami bertemu saat akan ke masjid, dengan canggungnya tapi kami tetap menyapa. Rasanya dalam hatiku ingin aku menghentikan dia dan berkata "aku merindukanmu", tapi aku gak punya keberanian untuk mengatakan semua itu padanya. Setelah saling menyapa aku hanya menunduk dan bergegas untuk pergi. Tetapi aku mendengar "tunggu, kenapa nomor mu gak aktif," tanya dia
"Hpku rusak, jadi aku gx punya nomormu, kemudian nomorku hilang jadi kamu gak bisa menghubungi aku, maaf,"jawabku
Dia pun bertanya "mana nomor barunya?"
"Ini," jawabku sambil memperlihatkan nomorku
"Terimakasih,"ucapnya
(Aku hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian aku menengok ke dia dan mengangkat hp tepat seperti sedang bertelponan) sebagai isyarat agar dia menelpon aku.
"Oke," jawabnya pelan.
Rasa bahagia kini menghampiri aku, kini kami tak pernah putus kontak, dan menjalin hubungan dengan baik sampai kami lulus dari perguruan tinggi. Kami memutuskan untuk mencari kerja dan kemudian setelah dia mendapatkan pekerjaan dan gaji untuk pertama kali , dia pergi ke rumahku dan bertaaruf dengan keluargaku, selang beberapa bulan dia membawa keluarganya dan menghibahkan aku tepat pada hari kelahiranku sebagia " hadiah untukmu " ujarnya padaku.
Tak menunggu waktu lama keluarga kami berdua sepakat untuk melaksanakan ijab qobul pada akhir bulan ini. Rasa bahagia ini tak kami rayakan sendiri, karena kami memutuskan untuk tidak menggelar resepsi pernikahan tapi kami menggantinya dengan mengadakan syukuran bersama teman-teman, kerabat dan juga warga desaku.  Kami mengundang grup sholawat ternama untuk acara syukuran  yang bertema sholawat bersama Al-Misqhi yang digelar di depan rumahku dan mengundang segenap grup sholawat lain yang dekat dengan rumahku.
Hingga kini setiap momentum yang  kami abadikan kami simpan dan terkadang kami bernostalgia bersama keluarga kecil kami. Tak banyak yang aku harapkan "hanya menjadi keluarga yang utuh dan harmonis dengan segala keadaan," ujar kami dalam setiap do'a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar