Sabtu, 19 Agustus 2017

Cerpen berjudul "Pandangan Pertama"

Aku adalah seorang yang hidup sederhana dengan keluargaku, ibu, bapak serta kakakku. Aku tinggal didesa yang prioritas mata pencahariaannya bertani. Hari-hari kami lewati dengan berkebun di ladang atau sawah kami. Tidak hanya orang tua, anak- anak setara aku pun ikut membantu kedua orang tua mereka berkebun atau bertani di lahan mereka. Namun kebanyakan dari mereka adalah seorang laki-laki. Aku adalah satu-satunya dari perempuan yang ikut membantu kedua orang tuaku bertani. Alasan mereka tidak ikut lantaran takut warna kulit mereka berubah karena kepanasan , berkeringat pekat dan menjikan karena berbaur dengan hal yang kotor. Tak dapat ku pungkiri memang, ada kala dimana aku merasa malu. Setelah pulang sekolah atau hari libur aku sering pergi ke ladang. Namun aku tekankan pada diriku sendiri aku ingin membantu orang tua serta menjalani hal yang terkait susah payahnya orang bekerja untuk sekedar mencari sesuap nasi bagi kehidupan keluarganya. Ada pula saatnya aku dirumah karena pekerjaan rumah yang menumpuk, apalagi dikala musim hujan . Aku harus standby dirumah, sebab sewaktu hujan aku dapat mengangkat jemuranku dengan segera.

Hidup ditempat yang berkawasan padat penduduk berarti harus siap dengan banyaknya tetangga. Memiliki mereka membawa banyak manfaat dan juga kerugianya. Namun tak terlalu terpikirkan dengan masalah kerugian karena setiap hal itu berpotensi mengandung sisi negatif dan positifnya. Itu sudah biasa dikalangan manusia. Setiap orang tidak munafik mereka pasti berharap untuk diberi sesuatu yang berbau baik saja. Tapi kita insan yang dimuliakan hanya patuh dan pasrah serta istiqomah dengan apa yang sudah diberikan kepada kita.  Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk bersyukur atas apa yang sudah kita terima diantaranya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya serta senantiasa berdo'a.
Suatu hari dimana aku sedang asyik melanjutkan aktifitasku tiba-tiba hal yang tak terduga pun terjadi. Langit yang awalnya bersinar cerah kini gelap gulita lantas, dibarengi dengan rintik hujan dan angin yang berhembus dengan kencang. Bergegas lari aku untuk segera memungut pakaian yang aku jemur beberapa jam yang lalu. Angin yang berhembus begitu kencang membuat satu diantara jilbab ku terbawa angin hingga ke tetangga yang jarak rumah kami memang tak begitu jauh. Segera aku berlari dengan hujan untuk mengambilnya, ketika aku melihat kain itu tepat berada di depanku menutupi raut muka seseorang lelaki yang sedang berdiri membawa beberapa pakaian ditangan. "Maaf bang, ini jilbab saya,"kataku( sambil mengambil kain itu)
(Lelaki itu hanya diam, ternyata tangan kami sama-sama menarik kain tersebut. Setelah berada digengaman kami, Ia berkata "ini milikmu,"(lantas melepaskan gengamannya dari kain tersebut kemudian menggengam tanganku dan menariku untuk berteduh dirumahnya)
"Kamu siapa? Dari mana? Kok bisa ada disini?" tanyaku tegas "Aku sodara jauh nina (tentangga samping rumah),dari way jepara,"jawabnya
"Aku cahya,"tegasku memperkenalkan diri
"Panggil aja may,"jawabnya "May?, emangnya nama lengkapmu sapa? Kok dipanggil may,"tanyaku (penasran)
(Senyum)ia menjawab"karena namaku damay anugrah, lucu ea ? Itu gabungan dari nama orang tua aku"
"Ohh kamu udah berapa lama disini, kok gx pernah liat, apa bari nyampek? Lanjutku
"Baru tadi ,beberapa jam yang lalu kok, makanya kamu gx tau," perjelasnya Tak terasa waktu berlalu begitu saja kini hujan mulai reda dan aku berpamitan, "Aku pulang dulu ya ,terima kasih. Salam kenal , main ke rumah kalok belum mau pulang ,"seruku sambil berjalan. "Baiklah"(senyum)

Karya : heni cahya💐

Tidak ada komentar:

Posting Komentar